30 November 2009

Infeksi Pada Ibu Hamil


Umumnya, infeksi pada ibu hamil lebih dikenal dengan infeksi TORCH, yang terdiri dari toksoplasma, rubela atau campak jerman, cytomegalovirus dan herpes simpleks. Selain itu, ada juga infeksi staphylococcus yang kemudian dikenal dengan istilah ACA (anticardiolypin). Ada lagi infeksi yang disebabkan clamida yaitu sejenis virus, namun infeksi ini tidak banyak terjadi di Indonesia. Yang akan dibahas adalah tentang Toksoplasma dan Rubela.

Toksoplasma
Penyebab: Ada anggapan bahwa selama ini ibu hamil tidak boleh memelihara binatang seperti kucing, anjing, dan lainnya karena bisa menyebabkan toksoplasmosis. Sebenarnya, yang jadi penyebab infeksi toksoplasma adalah cysts atau oocysts yang hidup setelah melalui siklus pada binatang kemudian baru berpindah pada manusia. Contoh, kotoran kucing yang kering dan mengandung oocysts bercampur debu tertiup angin dan jatuh di rerumputan, kemudian rumput tersebut dimakan oleh kambing. Nah, daging kambing tersebut jika tidak dimasak matang akan masih mengandung cysts yang hidup. Ibu hamil yang mengonsumsi daging tidak matang itu beresiko mengidap tokso. Maka itu, ibu hamil haruslah mengonsumsi daging yang dimasak matang karena cysys-nya akan mati. Selain itu, oocysts ini juga bisa terbang bersama debu tertiup angin dan hinggap pada makanan kita atau makanan yang ada dipinggir jalan, misalnya. Jadi ibu hamil jangan makan di sembarang tempat yang kemungkinan besar terkontiminasi oocysys.


Pada dasarnya cysts hidup dalam siklus hewan yang ada di darat, bukan hewan yang hidup di air. Jadi, untuk daging ikan mentah, belum terbukti apakah menimbulkan toksoplasma. Resiko terinfeksi toksoplasma juga terdapat pada transfusi darah, kesalahan laboratorium dan transplantasi organ.
Gejala Klinis: Sebagian besar tidak tampak secara kasat mata, namun demikian juga ditemukan seperti gejala flu biasa tergantung strain virusnya, usia, dan derajat imunitas tubuh atau daya tahan tubuh.
Diagnosic: Setelah pemeriksaan darah di laboratorium, akan terlihat hasilnya dan yang diperiksa adalah antibodinya bukan kumannya. Terbentuknya antibodi diawal infeksi kurang lebih 2 minggu kemudian terbentuk IgA, sedangkan IgM akan terbentuk lebih awal dan bisa bertahan sampai 6 bulan, IgG terbentuk kemudian dan bertahan lebih lama sampai 24 bulan.
Pemeriksaan serologik pada wanita hamil semester awal (1) didapatkan IgG positif, IgM negatif, maka perlu diulang 3 minggu kemudian, dan bila didapatkan kenaikan 4 kali lipat berarti adanya reaktivitas / kambuh. Sedangkan bila IgG dan IgM positif dan aviditasnya <> 0,3 kemungkinan besar infeksi lampau, perlu pemeriksaan pada bayi yang dilahirkan. IgG dan IgM yang ditemukan negatif, tetap dianjurkan pemeriksaan ulang pada trimester III (28-40 minggu).
Pengobatan: Normalnya, bila hasil pemeriksaan kadar antibodi IgG maupun IgM negatif, berarti tak ada toksoplasma. Jika IgM bernilai positif dan IgG positif maka harus diterapi, karena berarti ada infeksi. Jika hasil aviditas <0,3> 0,3 berarti terjadi infeksi saat hamil, maka perlu dilakukan terapi. Jika ada peningkatan kadar antibodi sampai 4 kali secara kuantitas, berarti ada kuman yang aktif kembali dan perlu diterapi dengan pemberian obat-obatan antibiotika tertentu yang aman untuk masa hamil. Pengobatan dilakukan selama 3 bulan
Pencegahan: Idealnya, pemeriksaan toksoplasma dilakukaan saat pranikah / hamil, dengan anggapan sesudah menikah tentunya nanti akan hamil. Jadi, untuk mendapat keturunan yang baik haruslah dipersiapkan dengan baik pula, sehingga ibu tahu kapan boleh hamil / tidak, serta kapan dilakukan pengobatan jika memang ada tokso. Jika pemeriksaan tidak dilakukan sebelum hamil, paling tidak dilakukan saat hamil. Hanya saja pemeriksaan toksoplasma relatif jarang dilakukan kecuali ada indikasi semisal ada riwayat keguguran dan kecacatan bayi yang dilahirkan, hal ini terjadi karena pertimbangan biaya dan insiden kejadiannya dianggap sedikit dan jarang.

Rubela (Campak Jerman)
Penyebab: Virus yang ditularkan melaui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli.
Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan bercak merah di kulit serta terasa gatal. Bila keganasan virusnya rendah, adakalanya tidak tampak gejala klinisnya.
Diagnosis: Dilihat berdasarkan gejala klinis yang timbul dan dari pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela.
Pengobatan: Masih ada kontoversi apakah harus diterapi atau tidak. Jika ibu pernah terkena rubela di usia 15 tahun, kemudian menikah di usia 20 tahun, kadar IgG-nya positif. Hanya saja apakah antibodi IgG-nya ini protektif ataukah tidak? Jika dianggap protektif, maka tak perlu diterapi. Bila dianggap tidak protektif, tentu perlu terapi dengan obat-obatan antiviral selama 3 bulan. Ada pula ahli yang berpendapat bahwa obat virus tidak ada gunanya, tetapi yang penting adalah imunitas tubuhnya ditingkatkan.
Pencegahan: Lakukan vaksinasi Rubela pada penderita yang belum pernah terinfeksi atau kadar antibodinya IgG negatif dan melakukan tes darah paling tidak 3 bulan sebelum kehamilan.

Tidak ada komentar: